BeliLANCANG KUNING Cerita Rakyat Riau di yasminebook. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. oppo a96 ms glow meja komputer masker sensi oppo a31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Cerita rakyat atau dengan istilah folklore adalah kisah legenda yang diceritakan secara turun temurun di masyarakat dan biasanya mengandung pesan moral yang bisa dipetik. Karena hal tersebut maka digolongkan dalam budaya lisan. Sepeti contoh cerita rakyat Lancang KuningAlkisah di suatu tempat yaitu didearah Kampar ada seorang pemuda yang bernama si Lancang. Pemuda itu sedang meminta izin kepada ibu dan guru mengajinya. Dia meminta izin untuk merantau guna memperbaiki keaadan Dia dan Ibunya yang hidup dengan keadaan miskin. Dia merantau ke daerah lain. Kemudian setelah bertahun-tahun pemuda itu ternyata sudah sukses menjadi saudagar kaya, banyak memiliki kapal , barang-barang mewah dan juga memiliki 7 orang istri. Suatu ketika pemuda itu ingin pergi ke daerah Kampar tempat kampung halamannya beserta 7 istri dan rombongan. Mendengar berita itu Ibu si Lancang pun bersiap untuk menyambutnya. Selang beberapa waktu rombongan kapal si Lancang sudah berlabuh di pulau itu. Namun ketika ibu si Lancang mendekat, Ibu si Lancang di halang-halangi oleh pengawal si Lancang karena pengawal itu tidak percaya bahwa wanita itu ibu dari si Lancang, karena berpakaian compang-camping dan kotor. Hal itu menjadi keributan diantara mereka, dengan mendengar keributan itu si lancang pun mendekat. Namun ketika si Lancang mendekat dan bertemu Ibunya, si Lancang tidak mengakuinya, karena dirinya merasa malu mempunyai ibu seperti itu. Ibu si lancang dengan mendengar perkataan itu membuat hatinya sangat hancur dan sakit, ia tak menyangka akan di perlakukan demikian oleh anaknya yang selama ini dinanti-nantikannya. Dengan perasaan terluka, Ibunya kembali pulang ke rumahnya sambil menangis sedih dan hancur berantakan. Sesampainya di rumah, Ibu Si Lancang langsung mengambil lesung dan nyiru pusaka, ia memutar-mutar lesung itu dan mengipasinya dengan nyiur sambil berdoa "Ya Tuhan, Si Lancang telah kukandung selama sembilan bulan hingga ia lahir , telah kubesarkan ia dengan ikhlas, namun kini ia telah berubah. Tuhan tunjukanlah kekuasaanmu" setelah itu, tiba-tiba datang angin topan dan petir yang menggelegar menyambar kapal si Lancang, lalu gelombang Sungai naik dan menghantam kapal si Lancang sampai hancur berantakan, semua penumpang di atas kapal itu berteriak ketakutan dan barang-barang yang ada di kapal Si Lancang berhamburan, dan terdengar sayup suara Si Lancang yang berteriak di tengah badai, "Ibu...! Aku anakmu, Si Lancang telah pulang.. maafkan aku...!" Namun tetap saja Si Lancang dan istri-istrinya juga penumpang di kapal kuning nan megah itu tenggelam. Karena penyesalan itu sudah tiada gunanyaSelesaiDari cerita rakyat diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Janganlah durhaka kepada orang tua terutama ibu yang telah mengasuh kita. Dan kita sebagai anak harus menghormati dan berbuat baik kepada ibu kekayaan bukanlah segalanya, kesombongan membuat kita lupa diri dan dapat merugikan diri kita selalu bersifat baik kepada kedua orang tua, karena tidak ada hal apapun yang mampu untuk membalas jasa kedua orang tua dan janganlah bersifat sombong, karena bersifat sombong adalah perbuatan yang celaka. Lihat Cerpen Selengkapnya
Dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19, Polsek Pangkalan Lesung pantau petugas yang melakukan kegiatan di pos Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM
Cerita rakyat Riau yang kakak ceritakan malam hari ini adalah Dongeng Pendek Si Lancang yang sudah diceritakan rakyat Riau secara turun temurun. Legenda pendek si Lancang menjadi asal muasal beberapa nama daerah di sekita Sungai Kampar, Kepulauan Riau. Dongeng Pendek Si Lancang memiliki pesan moral yang baik, agar adik-adik selalu menghormati dan menyayangi orang tua. Apakah adik-adik penasaran dengan cerita rakyat pendek dari Riau ini? Yuk kita ikuti kisahnya bersama-sama. Dahulu kala di sebuah gubuk yang reot di negeri Kampar, Kepulauan Riau tinggalah seorang janda miskin dan seorang anak laki-lakinya yang bernama Si Lancang. Hidup mereka sangat miskin. Emak Si Lancang bekerja menggarap ladang orang lain sedangkan Si Lancang menggembalakan ternak tetangganya. Kemiskinan yang mereka alami terus berlanjut hingga bertahun-tahun lamanya, hingga pada suatu ketika Si Lancang merasa jenuh dan bosan hidup miskin, ia memutuskan untuk pergi merantau ke negeri orang, lalu Si Lancang meminta izin kepada Emaknya, “Mak, sudah bertahun-tahun kita hidup miskin. Aku ingin bekerja dan mengumpulkan uang,” ucap Si Lancang pada Emaknya, “Izinkan aku merantau ke negeri orang, Mak.” Dongeng Pendek Si Lancang Cerita Rakyat Daerah Riau Emaknya Si Lancang terkejut mendengar permintaan anaknya, “Nak, kalau kau pergi. Emak tinggal dengan siapa? Tetaplah di sini” ujar Emaknya keberatan. Si Lancang menghela napas,”Percayalah Mak, ini demi kebaikan kita, agar kita jadi orang kaya, aku mohon Mak, izinkanlah,” Si Lancang terus memohon. Akhirnya dengan berat hati Emaknya mengizinkan, “Baiklah, Emak izinkan, tapi jika kau sudah jadi orang kaya segeralah pulang ke sini. Jangan lupakan Emakmu” pesan Emaknya. “Benarkah Mak?” tanya Si Lancang meyakinkan, lalu Emaknya mengangguk. Si Lancang sangat gembira, ia meloncat-loncat dengan riang. Emak Si Lancang tampak sedih melihat anaknya akan pergi. Berjatuhan air matanya. Melihat hal itu, Si Lancang langsung mendekati dan memeluk Emaknya, “Emak, percayalah. Jika nanti aku sudah kaya, aku tidak akan melupakan Emak, jangan sedih Mak,” ucap Si Lancang sambil menghapus airmata Emaknya. Emaknya mengangguk-angguk berusaha tersenyum, “Nanti malam Emak akan membuatkan lumping dodok untuk bekalmu di jalan nanti, esok pagi kau boleh berangkat,” kata Emaknya seraya tersenyum. Keesokan harinya Si Lancang pun berangkat ke kota. Hari cepat berlalu, akhirnya selama bertahu-tahun Si Lancang merantau, ia menjadi seorang pedagang kaya raya, berpuluh-puluh kapal dan ribuan anak buahnya telah ia miliki, juga istri-istri yang cantik. Si Lancang lupa, sang Emak jauh di kampung halamannya selalu menunggunya. Emaknya semakin miskin. Sedangkan Si Lancang hidup bersenang-senang bersama istri-istri dan kekayaannya yang melimpah ruah. Pada suatu hari ia berencana mengajak istri-istrinya berlayar ke Andalas. Akhirnya pemberangkatan pun tiba, ia bersama istri-istrinya juga pengawal dan awak kapal telah bersiap. Sejak berangkat dari pelabuhan kota, seluruh penumpang kapal Si Lancang berpesta-pora, mereka menggelar kain sutra dan aneka perhiasan emas dan perak di atas kapal agar semakin tampak kemewahan dan kekayaan Si Lancang. Setelah beberapa hari berlayar, akhirnya kapal Si Lancang yang megah itu merapat di Sungai Kampar, yaitu kampung halamannya. Penduduk di sekitar Sungai Kampar yang melihat kemegahan kapal Si Lancang perlahan semakin berdatangan, mereka masih mengenali wajah Si Lancang yang beberapa tahun silam pergi merantau dari kampung ini, “Itu Si Lancang rupanya! Wah dia sudah menjadi orang kaya,” seru guru mengaji Si Lancang turut bahagia. Dongeng Pendek Si Lancang “Kapalnya sangat megah, ternyata ia masih ingat jalan pulang ke kampungnya!”seru yang lain yang tak lain adalah teman masa kecil Si Lancang. Lalu ia segera berlari menuju gubuk reot Emak Si Lancang untuk memberitahu kedatangan Si Lancang. “Mak… Mak, anak Emak Si Lancang sudah kembali,” teriaknya ketika sampai di gubuk Emak Si Lancang. Kala itu, Emak Si Lancang tengah terbaring karena sakit, ia langsung terbangun mendengar anaknya sudah kembali. Dia bergegas bangkit dan dengan pakaian yang sudah compang-camping, ia tertatih-tatih menuju pelabuhan Sungai Kampar. Ketika sampai di pelabuhan, ia terkejut melihat puluhan orang mengerubuti kapal megah Si Lancang. Emak Si Lancang berusaha sekuat tenaga mencoba naik ke geladak kapal, tapi tiba-tiba anak buah Si Lancang membentak, “Hei! Kaa wanita gila, jangan naik ke kapal ini. Pergi” usirnya. Emak Si Lancang terkejut lalu ia berkata, “Aku..aku adalah Emak Si Lancang, Aku ingin bertemu dengan anakku,” ucap Emak Si Lancang. Namun anak buah- anak buah Si Lancang tetap mengusirnya, terjadilah kegaduhan. Si Lancang didampingi oleh istri-istrinya menghampiri ke geladak kapal itu, “Ada apa ini?” Tanya Si Lancang yang merasa terganggu. Emak Si Lancang yang melihat anaknya Iangsun g berkata, “Lancang, ini Emakmu. Kau masih ingat kan?” seru Emaknya gembira. Si Lancang terkejut melihat Emaknya masih hidup, namun bukannya ia memeluk Emaknya, ia malah membentak kasar, ia malu pada istri-istrinya memiliki Emak yang miskin dan kucel, “Bohong! Kau bukan Emakku. Kau kotor dan jelek! Usir dia dari kapalku!” teriak Si Lancang pada anak-anak buahnya. Dongeng Pendek Si Lancang Dari Riau Emaknya terkejut mendengar kata-kata anaknya, belum sempat ia berkata, ia sudah didorong oleh anak buah Si Lancang sampai terjatuh, “Pergi!!!” teriak anak buah Si Lancang kasar. Hati Emak Si Lancang sangat hancur dan sakit, ia tak menyangka akan di perlakukan demikian oleh anaknya yang selama ini dinanti-nantikannya. Dengan perasaan terluka, Emaknya kembali pulang ke gubuknya sambil menangis. Sesampainya di gubuk, Emak Si Lancang langsung mengambil lesung dan nyiru pusaka, ia memutar-mutar lesung itu dan mengipasinya dengan nyiur sambil berdoa dengan khusyuknya, “Ya Tuhan, Si Lancang telah kulahirkan selama sembilan bulan lamanya, telah kubesarkan ia dengan ikhlas, kini ia telah berubah. Tunjukanlah kekuasaan-Mu Tuhan,” Iepas Emaknya berkata demikian, tiba-tiba datang angin topan berhembus amat kencang, sementara itu petir menggelegar menyambar kapal Si Lancang, lalu gelombang Sungai Kampar naik dan menghantam kapal Si Lancang sampai hancur berantakan, semua penumpang di atas kapal itu berteriak ketakutan dan semua penduduk berlarian menjauhi sungai. Terdengar sayup-sayup suara Si Lancang yang berteriak di tengah badai, “Emaaak…! Aku anakmu, Si Lancang telah pulang.. maafkan aku…!” Namun tetap saja Si Lancang dan istri-istrinya juga para penumpang kapal itu tenggelam. Barang-barang yang ada di kapal Si Lancang berhamburan, kain sutra yang dibawa si Lancang dalam kapalnya melayang-Iayang. Lalu kain itu berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri, sebuah buah gong terlempar dan jatuh di dekat gubuk Emak Si Lancang di Rumbio, menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan. Lalu sebuah tembikar pecah dan melayang menjadi Pasubilah yang letaknya berdekatan dengan Danau Si Lancang. Kemudian di danau itulah tiang bendera kapal si Lancang tegak, bila tiang bendera kapal Si Lancang itu tiba-tiba muncul ke permukaan danau, maka pertanda akan terjadi banjir di Sungai Kampar. Konon, banjir itulah air mata si Lancang yang menyesali perbuatannya karena durhaka kepada Emaknya. Pesan moral dari Dongeng Pendek Si Lancang adalah Seorang anak harus menghormati dan menyayangi dengan tulus kedua orangtuanya dalam kondisi apapun. Baca dongeng pendek kami lainnya pada posting Kumpulan Cerita Hewan Fabel Pendek Terbaru dan Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Pendek Fabel
LancangKuning adalah sebagai lambang kebesaran, kejayaan, kekuasaan, dan kepahlawanan. Karenanya Lancang Kuning diabadikan dalam nyanyian rakyat, dijadikan salah satu unsur utama dalam upacara pengobatan tradisional (Belia dan Ancak), dan dituangkan dalam cerita-cerita rakyat serta dalam tarian rakyat. Asal Usul Lancang Kuning
Cerita Rakyat Riau sejarah lancang kuning – Sebutan Lancang merupakan sebuah perahu yang ukurannya berbeda-beda, lantaran ada yang kecil dan ada juga yang besar, atau dengan sebutan lain lancang merupakan alat perhubungan air pada masa lalu. Dalam masyarakat Riau lebih dikenal dengan lancang kuning yang merupakan lambang kebesaran daerah Riau lantaran itu lancang kuning ditetapkan menjadi lambang serta nyanyi daerah Riau. Adapun cerita lancang kuning berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di Bukit Batu. Wilayah kabupatin bengkalis. Kerajaan ini di perintah oleh raja yang bernama Datuk Laksmana Perkasa Alim dan dibantu dua orang panglima yakni panglima umar serta panglima Hasan. Panglima Umar merupakan seorang panglima yang dipercaya Datuk Laksmana perkasa Pada suatu hari panglima Umar menghadap Datuk Laksmana Perkasa untuk memberikan hasrat hati yakni ingin mempersunting zubaidah, seorang gadis negeri itu. Permohonan umar disambut baik oleh Datuk Laksmana, atas persetujuan Datuk Laksmana dilangsungkan pernikahan secara besar-besaran. Rupanya perkawinan panglima Umar dengan Zubaidah memicu rasa tidak senang bagi panglima Hasan, timbul dendam. Hal ini dikarenakan panglima Hasan secara diam-diam mencintai Zubaidah. Maka untuk melepaskan rasa sakit hati panglima Hasan mencari akal bagaimana agar Zubaidah bisa dimilikinya, maka dengan segala akal busuknya panglima Hasan menyuruh bomo paranormal memberikan kepada Datuk Laksmana bahwasanya dia bermimpi agar Datuk Laksmana membuat lancang kuning untuk mengamankan seluruh perairan dari lanun bajak Laut. Maka bomo paranormal itupun menyampaikan kebohongannya kepada Datuk Laksmana, sehingga Datuk Laksaman pun percaya dan memerintahkan rakyatnya untuk membuat perahu lancang kuning. Perahu tersebut di kerjakan siang malam, setelah lancang kuning hampir selesai, tersebar informasi bahwasanya Bathin Sanggoro melarang para nelayan Bukit Batu untuk mencari ikan di tanjung jati. Maka Datuk Laksmana memerintahkan agar panglima umar berangkat serta menemui bathin sanggoro, sungguh berat hati panglima umar untuk berangkat lantaran istrinya sedang hamil tua serta tidak lama lagi ia akan melahirkan, namun lantaran tugas yang amat penting, seluruh perasaan itu ditahan, demi kerajaan. Sesudah berlayar beberapa hari sampailah panglima Umar di tempat Bathin Sanggoro serta di ceritakan seluruh informasi yang tersebar di Bukit Batu. Mendengar cerita itu Bathin Sangoro terkejut, lantaran selama ini ia tidak pernah melarang nelayan Bukit Batu menangkap ikan di Tanjung Jati. Mendengar cerita Bathin Sanggoro panglima Umar termenung serta berfikir, apakah karangan yang terlaksana di balik peristiwa ini? Melihat keadaan ini, lalu Bathin Sanggoro menganjurkan agar informasi ini diselidiki dari mana asal muasalnya. Rupanya apa yang disampaikan Bathin Sanggoro dituruti panglima Umar, sewaktu perjalanan pulang panglima berkeliling, guna mencari siapa yang membuat informasi ini. Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu lancang kuning akan diluncurkan ke laut. Dibalai-balai sudah tidak sedikit pemuka kerajaan serta penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran lancang kuning. Bermacam-macam hiburan rakyat dipertunjukkan. Seluruh penduduk negeri bergembira terkecualai Zubaidah, lantaran suaminya panglima Umar telah satu bulan pergi serta hingga kini belum kembali, serta lantaran itu ia tidak pergi menghadari acara peluncuran lancang kuning pada malam itu. Sesudah seluruh keparluan peluncuran lancang kuning di siapkan bomo paranormal memberikan petunjuk kepada Datuk Laksmana. Acara peluncuran di mulai dengan tepung tawar pada dinding lancang kuning, lantas di lanjutkan panglima Hasan serta pemuka masyarakat lain-lainnya. Selesai tepung tawar di lanjutkan dengan pengasapan setelah itu barulah seluruh yang hadir diperintahkan agar bisa berdiri disamping lancang kuning serta seluruh bunyi-bunyian di bunyikan dan seluruh rakyat di perintahkan untuk mendorong kuning mendorong kelaut. Namun anehnya, perahu lancang kuning tidak bergerak sedikitpun, masyarakat merasa heran serta bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi dengan perahu lancang kuning ini. Sehingga wajah si bomo paranormal merah padam. Bomo paranormal segera bersimpuh kepada Datuk Laksmana serta mengatakan “ ampun tuan ku yang mulia Rupanya lancang kuning tidak mampu di luncurkan andai “ . . . lalu apa yang harus kita lakukan ? kata Datuk Laksmana. katakan lah! Andai lancang kunning ingin di luncurkan Perlu ada korban”. Korban berapa ekor kerbau yang di perlukan. Tuan ku yang mulia, bukan kerbau. bomo menghampiri Datuk Laksmana serta membisikkan bahwasanya “ampun tuanku korbannya adalah seorang perempuan hamil sulung” Datuk Laksmana tertunduk serta termenung dan mengatakan kepada bomo paranormal bahwasanya agar perluncuran lancang kuning di undurkan saja. Sesudah sebagian orang pulang, panglima Hasan pergi kerumah Zubaidah serta di dapatinya Zubaidah sedang duduk termenung. Zubaidah terkejut dengan kedatangan panglima hasan sambil mengatakan Kenapa lagi kau kesini panglima hasan”? “Zubaidah apa lagi yang kau tunggu? Suami mu tidak akan kembali lagi, kerena itu biar aku yang menjadi ayah anak mu itu”! Apa kata mu panglima pengkhianat ? biar saya mati dari pada saya bersuamikan engkau! jawab panglima hasan. Andai anda masih menolak permintaan ku, maka engkau akan saya jadikan gilingan lancang kuning yang akan di luncuran kelaut Lantaran Zubaidah tetap menolak permintaan pangliama Hasan, maka Zubaidah di tarik serta matanya di tutup oleh pengawalnya, setelah sampai di lokasi lancang kuning yang akan di luncurkan, Panglima Hasan mendorong tubuh Zubaidah kebawah lancang kunung, disaat itu pula panglima Hasan memerintahkan agar lancang kuning di dorong kelaut. Cuma di dorong oleh beberapa orang saja lancang kuning meluncur dengan mulus. Sesudah lancang kuning di laut tampaklah darah serta daging Zubaidah berserakan di tanah dan di saat itu juga, turunlah hujan lebat petir serta angin kencang dan bertepatan waktu itu panglima Umar merapat ke pelabuhan Bukit Batu. Sesudah perahu di tambatkan di pelabuhan panglima Umar langsung kerumah untuk melihat istri serta anaknya yang sudah di tinggal selama sebulan, namun setelah sampai di rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya Zubaidah akan tetapi tidak ada jawaban. Hati panglima telah mulai gelisah, maka dia berangkat kepelabuhan, di tengah jalan ia berpapasan dengan panglima Hasan, langsung panglima Umar bertanya kepadanya, dimana gerangan istriku, panglima Hasan bercerita, istrinya Zubaidah sudah di jadikan gilingan lancang kuning oleh Datuk Laksmana. Mendengar cerita panglima Hasan,panglima umar langsung pergi ketempat peluncuran lancang kuning, di dapatinya darah berserakan alangkah sedih hati panglima Umar melihat tubuh istrinya itu, Seraya menyapu darah istrinya yang ada di tanah dan di usap ke mukanya dan mengatakan bahwa ia akan membalas atas kematian istrinya itu kepada Datuk Laksmana, akan tetapi baru saja ia berjalan di lihatnya Datuk Laksmana berjalan kearahnya. Sesudah orang-orang bertemu pangliama umar langsung menusukan pedangnya kearah perut Datuk Laksmana, tanpa ada pembicaraan, akhirnya Datuk Laksmana mati ditangan panglima Umar. Disaat itu pula datanglah Bomo paranormal dan bercerita segala fenomena yang sebetulnya, bahwasanya yang menjadikan Zubaidah untuk gilingan lancang kuning adalah panglima Hasan, tanpa mengulur waktu panglima Umar pergi mencari panglima Hasan. Dari kejauhan panglima Umar melihat panglima Hasan telah bersiap-siap untuk melarikan diri menuju lancang kuning namun belum sempat melepaskan talinya, panglima Umar sudah berada di hadapannya dengan pedang terhunus. Sambil mengatakan “nah. . . malam ini. . . engkau atau pun aku akan mati, diatas perahu lancang kuning ini.” Dan perkelahian antara dua panglima ini pun terjadi di atas perahu lancang kuning. Yang di saksikan oleh orang ramai. Dan pada akhirnya panglima Hasan mati di tangan panglima Umar serta matinya jatuh kelaut. Waktu itu lah panglima Umar melihat ke pantai serta mengatakan kepada orang yang ada di pantai bahwasanya ia sudah membunuh Datuk Laksmana lantaran perbuatan panglima Hasan kerena itu aku akan pergi dengan lancang kuning untuk selama-lamanya, maka di saat itu datanglah badai besar yang menenggelamkan perahu lancang kuning bersama panglima Umar. Panglima Umar akhirnya terkubur di dasar laut Tanjung Jati dan kejayaan kerajaan negeri Bukit Batu berangsur-angsur hilang ditelan masa Dilansir dari berbagai sumberInternet, Awalnya dipublikasikan pada3 Juli 2021 745 am LancangKuning, KUANSING - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan Provinsi Riau 2, Dr H Syahrul Aidi Maazat pada hari Selasa (02/08/2022) kemarin menyambangi masyarakat di Kabupaten Kuantan Singgingi. Dalam pertemuan itu, Syahrul Aidi menyampaikan kepada masyarakat perwakilan dari Simpang Raya dan Sumber Jaya
Gambar hanya ilustrasi. - Lancang Kuning berlayar malam. Haluan menuju ke lautan dalam. Kalau nakhoda kuranglah paham. Alamat kapal akan tenggelam. Lancang kuning menentang badai. Tali kemudi berpilit tiga. Lirik tersebut sangat populer di Riau, khususnya masyarakat Melayu. Filosofi dari baitnya mengisahkan bagaimana pemimpin nakhoda mengarungi lautan agar kapal lancang yang digambarkan sebagai pemerintahan tak kini tak diketahui pencipta pantun itu. Namun, Lancang Kuning tetap abadi karena disematkan sebagai sebutan untuk Riau. Begitu mendengar kata Lancang Kuning orang tertuju ke daerah yang berada di timur Pulau Sumatra diketahui pasti sejak kapan Riau disebut sebagai negeri atau bumi Lancang Kuning. Tak disebut pula siapa orang pertama yang memberi gelar ke daerah yang dulunya ada kerajaan Melayu penguasa Selat Malaka budayawan Riau, Tenas Effendy, dalam sebuah tulisannya berjudul Lancang Kuning pernah menyinggung kenapa Riau diberi gelar dengan sebutan itu. Dia menyebut sebutan ini sebagai tanda kegemilangan Riau sebagai daerah. Menurut Tenas, Lancang berarti kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan. Kapal ini juga tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan laksamana ataupun Kuning sendiri merupakan warna kebesaran dalam tradisi Melayu. Kuning selalu ditemukan dalam berbagai upacara, pakaian, riasan dan baju kebesaran petinggi adat, meski dipadu dengan warna atau kapal sangat akrab dengan masyarakat rumpun Melayu. Dengan ragam kerajaannya, misalnya Lingga di Kepulauan Riau atau Siak serta Indragiri di Riau, rumpun Melayu membentang dari laut China hingga Selat ini disebut sebagai pemersatu antar pulau-pulau dalam bentangan rumpun Melayu. Lancang juga mempermudah raja berpindah ke suatu daerah yang menjadi demikian, Lancang Kuning menandakan Riau sebagai kerajaan Melayu sangat mengusai maritim. Di sisi lain, Lancang Kuning juga menggambarkan kejelian pemimpin dalam memerintah daerah. Makanya dalam pantun itu ada kalimat "berlayar malam, kalau nahkoda kuranglah paham, alamat kapal akan tenggelam".Berlayar pada malam hari tentu saja berbeda dengan siang. Nakhoda pada siang hari berpedoman pada matahari sehingga semua orang bisa melakukannya. Berbeda dengan malam karena nakhoda harus paham arah angin dan membaca semua orang bisa membaca bintang. Makanya diperlukan nakhoda lihai untuk membawa kapal besar dalam sebuah lautan yang luas atau pemimpin bijaksana menjalankan pemerintah. Dengan demikian, pemimpin yang paham tentang seluk beluk daerah menjadi syarat mutlak bagi sebuah kapal dalam berlayar pasti bertemu badai. Makanya ada kalimat "Lancang kuning menentang badai, tali kemudi berpilit tiga".Kalimat tersebut saling berkaitan. Di mana ada masalah, di situ pula ada cara seorang pemimpin menyelesaikan. Apakah dengan sesuka hati atau melibatkan unsur lain berpilit tiga.Dalam berbagai literatur, pilit tiga dalam Melayu terdiri dari tiga unsur, yaitu umara cerdik pandai atau bisa saja perdana menteri, tetua adat dan terakhir ulama atau orang paham agama. Karena Melayu sarat dengan nilai-nilai Islam, posisi ulama menempati posisi paling atas. Ketiga unsur itu menjadi syarat bagi raja dalam mengambil keputusan ketika menghadapi ketiga unsur ini kemudian menjadi konstitusi. Menjadi aturan bagi raja dalam menjalankan pemerintahan agar tidak melenceng dan berakibat merugikan dalam pantun yang kemudian digubah menjadi lagu itu, ditambahkan bait "selamatlah kapal menuju pantai, pelautlah pulang dengan gembira".Dendam dan Konflik Penguasa Dalam versi lain, Lancang Kuning juga menceritakan dendam dan konflik pribadi para penguasa. Konflik untuk berebut kekuasaan itu kemudian berdampak besar terhadap kehancuran sebuah pemerintahan dan Tenas yang juga penyusun buku Tunjuk Ajar Melayu ini, legenda Lancang Kuning mengisahkan kerajaan makmur di Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini diperintah Raja Datuk Laksamana Perkasa memiliki dua panglima bernama Umar dan Hasan, serta Bomo. Nama terakhir merupakan sebutan untuk dukun atau ahli nujum berpengaruh di kerajaan untuk menjaga keselamatan orang-orang besar di suatu ketika, Umar dan Hasan sama-sama tertarik kepada satu perempuan bernama Zubaidah. Hanya saja Umar lebih beruntung dan akhirnya mempersunting gadis yang juga diinginkan lalu berniat merebut Zubaidah dari tangan Umar. Dia mempengaruhi Bomo untuk menyingkirkan Umar. Dengan bujuk rayu Umar, Bomo lalu diminta menyampaikan pesan kepada raja tentang mimpi yang meminta Umar membuat kapal pemberantas bajak Saban hari Umar membuat kapal yang diberi nama Lancang Kuning. Ketika kapal selesai, Hasan dan Bomo membuat kabar bohong yang menyebut Bathin Sanggono melarang nelayan Bukit Batu mencari ikan di Tanjung berangkat menemui Bathin Sanggono dan menanyakan kabar itu. Bathin Sanggono membantah kabar itu sehingga Umar sadar bahwa dirinya dibohongi oleh Hasan dan Umar ini dimanfaatkan Hasan merayu Zubaidah yang tengah hamil tua agar menjadi istrinya tapi ditolak. Siasat baru dibuat Hasan dan Bomo, persisnya ketika kapal buatan Umar akan diluncurkan ke laut pada malam bulan itu dibuat seolah-olah tidak bisa digerakkan meski didorong oleh banyak orang. Bomo menyarankan kepada raja agar mengorbankan seorang perempuan yang sedang hamil meminta peluncuran Lancang Kuning ditunda, tapi Hasan tetap ingin berbuat licik agar siasatnya berjalan. Hasan lalu mengultimatum Zubaidah, kalau masih menolak jadi istrinya, dia akan dijadikan tumbal Lancang Kuning yang akan diluncurkan ke tetap menolak, Zubaidah ditarik paksa oleh Hasan ke lokasi Lancang Kuning, lalu dia mendorong tubuh Zubaidah ke bawah Lancang Kuning. Perahu itu pun meluncur ke yang baru pulang menemui Bathin Sanggono amat terpukul mendengar cerita mengenaskan tentang istri dan bayinya. Umar pun membunuh Raja dan Hasan serta Bomo menggunakan yang sedih lalu berlayar ke Tanjungjati menggunakan Lancang Kuning. Namun, di tengah laut, Lancang Kuning dihantam ombak besar dan angin topan. Lancang Kuning karam, dan Umar tewas. Kejayaan Kerajaan Bukitbatu pun musnah karena semua pimpinannya Tenas, legenda Lancang Kuning ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Riau. Cerita ini menggambarkan agar raja tidak mudah percaya dengan kabar yang dibuat bawahannya. Bisa jadi, kabar dari bawahan sebagai alat menjatuhkan bawahan lainnya. ***Berita ini telah tayang di dengan judul "Riau dan Asal Mula Sebutan Bumi Lancang Kuning"EditorAkham Sophian

CeritaRakyat Paling Pendek dari Riau : Legenda Aji Bonar. 15 Maret 2020 dongeng cerita rakyat. Banyak sekali legenda rakyat dari Riau yang telah kami terbitkan. Kali ini salah satu cerita rakyat paling pendek dari Propinsi.

Pekanbaru, terkenal dengan batik Riau yang bermotif khas melayu yang sangat indah, Riau juga terkenal dengan lancang kuning. Lancang Kuning sudah menjadi cerita rakyat Riau turun temurun di daerah Pekanbaru Riau. Lancang Kuning adalah sebuah kapal. Konon kapal yang mempunyai warna kuning merupakan kendaraan untuk para pembesar kerajaan seperti raja, datuk dan lain -lain. Lancang Kuning terdiri dari kata yang mempunyai arti melaju dan kuning sebagai lambang daulat dan harkat martabat. Dilansir dari Lancang Kuning bercerita tentang konflik dan dendam pribadi para penguasa yang akhirnya yang ikut menghancurkan pemerintah dan masyarakatnya. Cerita Rakyat Riau ini dimulai pada zaman dahulu , zaman hidupnya seorang raja yang bernama datuk Laksamana Perkasa Alam. Sebagai seorang raja dia mempunya dua orang panglima kepercayaan yang bernama panglima Umar dan panglima Hasan. Selain itu dia juga mempunyai seorang dukun yang bernama Bomo yang mempunyai tugas menjaga keselamatan orang-orang istana. Panglima Umar dan Hasan sama -sama tertarik pada seorang wanita cantik yang bernama Zubaidah. Persaingan ini dimenangkan oleh Panglima Umar. Panglima Umar lebih dahulu mempersunting Zubaidah sebagai istrinya. Menyaksikan hal ini panglima Hasan kecewa dan bermaksud jahat untuk merebut Zubaidah dari tangan panglima umar. Dalam upaya ini panglima Hasan mengajak Bomo sang dukun istana agar ikut membantu menyingkirkan Umar. Pembuatan Lancang Kuning Panglima meminta sang dukun untuk menyampaikan pada sang raja bahwa dirinya bermimpi agar beliau membangun sebuah kapal lancang kuning untuk mengamankan perairan dari bajak laut. Raja Datuk Laksmana menyetujui hal tersebut dan mulailah dibuat sebuah kapal lancang kuning selama berhari -hari. Pada saat kapal lancang kuning hampir selesai. Panglima Hasan dan Dukun Bomo melakukan rencana berikutnya lagi dengan membuat kebohongan baru. Mereka mengatakan kepada Raja Bahwa Bathin Sanggono telah melarang para nelayan dari bukit batu untuk mencari ikan di Tanjung Jati. Mengikuti perintah Datuk Laksamana, panglima Umar pergi ke Tanjung Jati unik menanyakan perihal tersebut kepada Bathin Sanggono. Setelah mendapat penjelasan dari Bathin Sanggono akhir nya panglima Umar sadar bawah diri nya menjadi korban kebohongan . Sementara itu pada saat panglima Umar pergi panglima Hasan merayu Zubaidah yang tengah hamil tua agar mau menjadi istrinya. Namun maksud panglima Hasan di tolak oleh Zubaidah. Panglima Hasan tidak sampai disitu saja. Kapal lancang kuning yang rencananya akan diluncurkan ke laut pada saat bulan purnama dibuat seolah -olah tidak bisa digerakkan walaupun di dorong oleh banyak orang . Dukun Bomo menyerankan agar ada yang dikorbankan. Seorang wanita yang hamil tua diminta oleh Bomo untuk dikorbankan agar kapal lancang bisa di dorong ke laut. Datuk Laksama akhirnya menunda peluncuran kapal lancang kuning. Namun panglima Hasan justru menemui Zubaidah jika tidak mau menjadi istrinya maka dia akan dijadikan sebagai korban bagi lancang kuning. Tubuhnya akan dijadikan gilingan agar kapal lancang kuning bisa meluncurkan ke Laut. Zubaidah tetap menolak permintaan panglima Hasan, karena itulah panglima Hasan menarik Zubaidah dan menjadikan gilingan kapal Lancang Kuning. Kapal lancang kuningpun meluncur ke laut dan Zubaidah tewas bersama jabang bayinya. Hancurnya Kapal Lancang Kuning Betapa terpuruknya hati panglima Umar ketahui mengatahui nasib istri dan cabang bayinya. Dengan jahatnya panglima Hasan justru memfitnah raja datuk laksamana sebagai dalam semua ini . Mendengar ini panglima Umar kemudian mencari dan membunuh Datuk Laksamana. Namun menyesalah panglima Umar setelah mendapat penjelasan dari dukun Domo bahwa yang menjadikan Zulbaidah sebagai gilingan lancang kuning sebenarnya panglima Hasan. Mengetahui itu panglima Umar langsung mencari panglima Hasan dan kemudian membunuhnya juga. Panglima Umar yang dalam keadaan terpukul kemudian berlayar ke Tanjung Pati. Malang ditengah laut kapal lancang kuning diterjang badai dan tenggelam. Panglima Umar tewas dan kerajaan bukit batu pun berakhir sudah. *** R24/iko INDEX BERITA

BukanSekadar Rupa -. Amy mastura binti suhaimi - wikipedia bahasa melayu, Amy mastura binti suhaimi (nama komersial: amy mastura ; lahir pada 10 mei 1971 di hospital batu gajah, perak , malaysia) merupakan seorang aktres, pelawak , komposer. Ambooyats@blog, Blog hiburan artis malaysia, informasi terkini, isu semasa, cerita pelik, pendidikan

Sejarah Lancang Kuning - Lancang merupakan sebuah kapal dalam ukuran yang berbeda-beda, ada yang kecil maupun yang besar, Adapun masyarakat Riau lebih mengenal dengan istilah Lancang Kuning, Lancang Kuning dikenal masyarakat Riau sebagai lambang kebesaran daerah dimana terdapat sejarah dan cerita yang memawakili Lancang Kuning ini. Lancang Kuning dijadikan lambang dan nyanyi daerah Riau. Lancang merupakan alat transportasi pada zaman dahulu. Adapun kata Kuning merupakan warna kebesaran kerajaan. Konon cerita Lancang Kuning berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di Bukit Batu. Wilayah Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini di perintah oleh raja yang bernama Datuk Laksmana Perkasa Alim dan dibantu dua orang panglima, Panglima Umar dan Panglima Hasan. Panglima Umar merupakan seseorang yang dipercayai oleh Datuk Laksamana. Apapun permasalahan yang terjadi dalam kerajaan, maka Panglima Umar lah yang akan menyelesaikan. Baca Legenda Ombak Tujuh Hantu yang Kian Mendunia Di Sungai Kampar Panglima Umar menyukai seorang gadis, dan ia menyampaikan hasratnya suatu hari kepada Datuk Laksamana untuk menyunting gadis tersebut yang bernama Zubaidah. Permintaan Panglima Umar disambut baik oleh Datuk Laksamana, dan diadakanlah pesta pernikahan yang cukup besar. Namun, ternyata pernikahan ini ada yang tidak menyenangi yaitu Panglima Hasan, disebabkan Panglima Hasan juga menyukai dan mencintai gadis yang sama yaitu Zubaidah, istri sahnya Panglima Umar. Timbul rasa iri dan dengki dalam hati Panglima Hasan, ia mencari cara bagaimana agar Zubaidah dapat dimilikinya, meskipun ia sadar bahwa Zubaidah sudah menjadi istri rekannya sendiri, Panglima Umar, namun nampaknya rasa cinta kepada gadis pujaannya telah membuat mata hati Panglima Hasan tertutup dan tetap ingin melancarkan ide jahatnya dan memiliki Zubaidah. Dengan kebencian dan akal busuk yang dimiliki Panglima Hasan, maka ia menyuruh Domo menyampaikan kepada Datuk Laksamana bahwa ia bermimpi agar Datuk membuat Lancang Kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun, Datuk Laksamana menerima apa yang disampaikan Pawang Domo sehingga Lancang Kuning dikerjakan siang dan malam agar sesegara mungkin selesai dan diluncurkan. Namun, disaat Lancang Kuning hampir selesai tersebar berita bahwa Bathin Sanggoro melarang para nelayan Bukit Batu untuk mencari ikan di Tanjung Jati. Berita ini membuat gelisah Datuk Laksamana dan ia pun memerintahkan panglima kepercayaannya untuk menemui Bathin Sanggono, yaitu Panglima Umar untuk mempertanyakan dan menyelesaikan perkara ini. Sebenarnya Panglima Umar berat hati untuk pergi melaksanakan perintah ini, dikarenakan istrinya Zubaidah tengah mengandung anak pertama dan hamil tua yang sebentar lagi akan melahitkan, namun karena ini tugas yang sangat penting dan menyangkut kerajaan maka Panglima Umar pun pergi melaksanakan perintah Datuk Laksamana, semua perasaan khawatir ia tahan. Setelah berlayar beberapa hari maka sampailah Panglima Umar. Ia menceritakan segalanya pada Bathin Sanggono, terkait berita yang beredar di Bukit Bati. Bathin sanggono pun terkejut dengan perihal yang disampaikan oleh Panglima Umar, karena ia sendiri tidak pernah melarang nelayan Bukit Batu menangkap ikan di Tanjung Jati. Mendengar hal demikian membuat Panglima Umar berfikir panjang, apa gerangan sebenarnya yang terjadi. Bathin Sanggono pun menyarankan agar Panglima Umar menyelidiki asal muasal berita ini, dan ia pun menyelidi kasus ini sewaktu hendak pulang ke Bukit Batu. Ia pun berkeliling mencari siapa yang telah membuat berita bohong ini, tidak terasa sudah hampir satu bulan Panglima Umar melakukan perjalanan. Tepat pada malam purnama, Lancang Kuning akan diluncurkan ke laut. Telah berkumpul rakyat dan pemuka kerajaan untuk menyaksikan peluncuran Langcang Kuning. Berbagai hiburan rakyat dipertunjukkan. Semua penduduk sangat bergembira kecuali Zubaidah karena suaminya Panglima Umar sudah satu bulan pergi dan belum juga kembali, ia memilih tetap di rumah saat acara peluncuran Lancang Kuning diadakan. Semua keperluan peluncuran sudah dipersiapkan dan Pawang Domo memberikan petunjuk kepada Datuk Laksamana. Acara dimulai dengan tepung tawar pada dinding Lancang Kuning, kemudian dilanjutkan oleh Panglima Hasan dan pemuka masyarakat lainnya. Setelah itu dilanjutkan dengan pengasapan dan baru lah semua yang hadir diminta supaya berdiri disamping Lancang Kuning dan semua bunyi-bunyian dibunyikan, semua telah memegang Lancang Kuning untuk siap didorong ke laut namun sangat aneh Lancang Kuning tidak bisa bergerak sedikitpun meskipun sudah dilakukan berulang-ulang dan juga sudah menambah kekuatan. Namun, Lancang Kuning tetap saja tidak bisa bergerak. Semua yang hadir bertanya-tanya dan keheranan. Pawang Domo mengatakan kepada Datuk Laksamana bahwasanya, Jika ingin meluncurkan Lancang Kuning maka harus ada yang dikorbankan. Untuk korban tersebut pawang Domo mengatakan diperlukan perempuan hamil sulung. Mendengar penjelasan Pawang Domo, Datuk Laksaman tertunduk dan termenung dan ia pun meminta untuk mengundur pelaksanaan peluncuran Langcang Kuning ke laut. Acara peluncuran itu pun diundur sampai waktu yang tidak bisa ditentukan, kemudian semua pemuka masyarakat dan rakyat pulang ke rumah masing-masing. Pada saat itu Panglima Hasan mengambil kesempatan menghampiri Zubaidah, istri Panglima Umar hendak merayunya agar mau menjadi istrinya. Namun, Zubaidah menolak keinginan Panglima Hasan, karena ia tidak ingin mengkhinati suaminya dan juga Zubaidah tidak suka dengan Panglima Hasan. Karena merasa ditolak keinginannya oleh Zubaidah maka Panglima Hasan merasa harga dirinya dipermalukan. Kemarahannya pun telah menguasai dirinya. Dengan bantuan pengawalnya Panglima Hasan membawa Zubaidah ke tepi laut tempat keberadaan Lancang Kuning. Setelah sampai, Panglima Hasan mendorong tubuh Zubaidah kebawah Lancang Kuning dan saat itu juga ia memerintah pengawalnya untuk mendorong Lancang Kuning. Hanya didorong oleh beberapa orang saja Lancang Kuning meluncur dengan mulus. Darah Segar mengalir dan berserakan di tanah, turun hujan lebat dan petir, angin pun kencang dan saat itu juga Panglima Umar telah pulang dari perjalanannya. Panglima Umar langsung ke rumahnya mencari istri dan anaknya yang telah ditinggalkan. Tidak didapatinya Zubaidah di rumah, ia mulai gelisah. Ia berangkat ke pelabuhan, di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Panglima Hasan, Panglima Umar pun menanyakan gerangan istrinya kepada Panglima Hasan. Panglima Hasan menceritakan bahwa Zubaidah telah dijadikan oleh Datuk Laksamana untuk meluncurkan Lancang Kuning. Mendengar cerita dari Panglima Hasan, Panglima Umar langsung pergi ke tempat Lancang Kuning diluncurkan, ia mendapati istrinya telah tiada dengan tubuh bersimbah darah. Hatinya sangat pilu diusapkannya darah yang ada di tanah ke wajahnya, dan ia bersumpah akan membalas dendam ini, ia bersumpah akan membunuh orang yang telah membunuh istrinya. Belum lama ia berjalan, terlihat Datuk Laksamana menghampirinya. Panglima Umar langsung menyerang Datuk Laksama dengan pedang yang panjang, mengenai perut Datuk Laksamana, tanpa ada pembicaraan sedikit pun. Datuk Laksaman mati di tangan Panglima Umar, saat itu Pawang Domo datang dan menceritakan segala kejadian yang sebenarnya, bahwa Panglima Hasan lah yang menjadikan Zubaidah gilingan Lancang Kuning, tanpa pikir panjang lagi, Panglima Umar mencari Panglima Hasan. Panglima Hasan sudah bersiap-siap hendak melarikan diri menuju Lancang Kuning, namun hal itu tampak oleh Panglima Umar, belum sempat melepaskan talinya, Panglima Umar telah sampai dengan pedang yang ada di tangannya. Mereka berkelahi di atas Lancang Kuning dan akhirnya Panglima Hasan mati ditikam Panglima Umar dan jatuh ke laut. Setelah kejadian itu, Panglima Umar pun mengatakan kepada orang-orang yang ada di pantai, bahwa ia yang telah membunuh Datuk Laksamana karena perbuatan Panglima Hasan dan Panglima Hasan pun telah mati dibunuhnya, karena hal itu maka ia akan pergi dengan Lancang Kuning untuk selama-lamanya. Sampailah di Tanjung Jati Lancang Kuning berlayar, ombak besar dan angin topan datang menghantam Panglima Umar dan Lancang Kuning. Ia bersama Lancang Kuning karam ke dalam laut Tanjung Jati. hyAzn Dari berbagai Sumber membacakancerita rakyat. 3.1 K u uk B. Subtema 1: Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku 27 Ayo Renungkan Riau Lancang Kuning, Soleram, Laksmana Raja di Laut. ev 5. Kepulauan Riau Pak Ngah Belek, Segantang Lada. 6. Jambi Dodoi Si Dodoi, Injit-Injit Semut, Timang-Timang Anakku Sayang. R 7. Sumatra Selatan
BATAM, - Lancang Kuning dikenal masyarakat Riau sebagai lambang kebesaran daerah. Di mana, terdapat sejarah dan cerita yang mewakili Lancang Kuning ini. Lancang Kuning dijadikan lambang dan nyanyi daerah Riau. Lancang merupakan alat transportasi pada zaman dahulu. Adapun kata Kuning merupakan warna kebesaran kerajaan. Konon cerita Lancang Kuning, berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini diperintah oleh raja, yang bernama Datuk Laksmana. Datuk Laksmana memiliki dua orang panglima hebat, yakni Panglima Umar dan Panglima Hasan. Panglima Umar, yang merupakan seseorang yang dipercayai oleh Datuk Laksamana. Apapun permasalahan yang terjadi dalam kerajaan, maka Panglima Umar lah yang akan menyelesaikan. Suatu waktu, Panglima Umar menyukai seorang gadis, dan ia menyampaikan hasratnya kepada Datuk Laksamana, untuk menyunting gadis yang bernama Zubaidah. Permintaan Panglima Umar disambut baik oleh Datuk Laksamana, dan diadakanlah pesta pernikahan yang cukup besar. Namun, ternyata pernikahan ini tidak disukai oleh Panglima Hasan, karena ia juga mencintai Zubaidah. Ia pun bertekad untuk merebut Zubaidah dari Panglima Umar. Dengan kebencian dan akal busuk yang dimiliki Panglima Hasan. Dia menyuruh Domo menyampaikan kepada Datuk Laksamana, bahwa ia bermimpi agar Datuk membuat Lancang Kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Datuk Laksamana menerima apa yang disampaikan Pawang Domo, sehingga Lancang Kuning dikerjakan siang dan malam agar sesegara mungkin selesai dan diluncurkan. Namun, di saat Lancang Kuning hampir selesai, tersebar berita bahwa Bathin Sanggoro melarang para nelayan Bukit Batu untuk mencari ikan di Tanjung Jati. Datuk Laksmana akhirnya mengutus Panglima Umar, untuk menemui Bathin Sanggoro, meski sang istri, Zubaidah sedang hamil tua dan akan segera melahirkan. Faktanya, Bathin Sanggono pun terkejut, karena ia sendiri tidak pernah melarang nelayan Bukit Batu menangkap ikan di Tanjung Jati. Tepat pada malam purnama, Lancang Kuning akan diluncurkan ke laut. Rakyat dan pemuka kerajaan berkumpul untuk menyaksikan peluncuran Langcang Kuning. Berbagai hiburan rakyat dipertunjukkan. Namun, di saat semua telah memegang Lancang Kuning, untuk siap didorong ke laut. Anehnya, Lancang Kuning tidak bisa bergerak sedikit pun, meskipun sudah dilakukan berulang-ulang dan juga sudah menambah kekuatan. Pawang Domo mengatakan kepada Datuk Laksamana, jika ingin meluncurkan Lancang Kuning maka harus ada yang dikorbankan, yakni perempuan hamil anak pertama. Laksaman tertunduk, dan meminta untuk mengundur pelaksanaan peluncuran Langcang Kuning ke laut. Acara peluncuran itu pun diundur sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Ketika mendapat kesempatan, Panglima Hasan menghampiri Zubaidah, istri Panglima Umar hendak merayunya agar mau menjadi istrinya. Namun, Zubaidah menolak keinginan Panglima Hasan, karena ia tidak ingin mengkhinati suaminya dan Zubaidah sendiri tidak menyukai Panglima Hasan. Karena penolakan itu, Panglima Hasan, merasa harga dirinya dipermalukan. Kemarahannya pun telah menguasai dirinya. Lancang Kuning Dengan bantuan pengawalnya Panglima Hasan membawa Zubaidah ke tepi laut tempat keberadaan Lancang Kuning. Setelah sampai, Panglima Hasan mendorong tubuh Zubaidah ke bawah Lancang Kuning. Dan saat itu juga, ia memerintah pengawalnya untuk mendorong Lancang Kuning. Hanya didorong oleh beberapa orang saja Lancang Kuning meluncur dengan mulus. Darah Segar mengalir dan berserakan di tanah, turun hujan lebat dan petir, angin pun kencang. Panglima Umar yang baru saja pulang, mendapat kabar dari Panglima Hasan bahwa Zubaidah telah dijadikan persembahan untuk meluncurkan Lancang Kuning. Ia memfitnah Datuk Laksmana yang melakukan perbuatan keji itu. Panglima Umar yang gelap mata, langsung menyerang Datuk Laksama dengan pedang yang panjang. Datuk Laksaman pun mati di tangan Panglima Umar. Pawang Domo yang mengetahui kejadian yang sebenarnya, tanpa pikir panjang lagi, Panglima Umar mencari Panglima Hasan. Panglima Hasan sudah bersiap-siap hendak melarikan diri menuju Lancang Kuning. Mereka berkelahi di atas Lancang Kuning dan akhirnya Panglima Hasan mati ditikam Panglima Umar dan jatuh ke laut. Panglima Umar pun berlayar dengan Lancang Kuning, ombak besar dan angin topan datang menghantam dan akhirnya karam ke dalam laut Tanjung Jati.
Umaryang sedih lalu berlayar ke Tanjungjati menggunakan Lancang Kuning. Namun, di tengah laut, Lancang Kuning dihantam ombak besar dan angin topan. Lancang Kuning karam, dan Umar tewas. Kejayaan Kerajaan Bukitbatu pun musnah karena semua pimpinannya tewas. Menurut Tenas, legenda Lancang Kuning ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Riau.

Pekanbaru - Lancang Kuning berlayar malam. Haluan menuju ke lautan dalam. Kalau nahkoda kuranglah paham. Alamat kapal akan tenggelam. Lancang kuning menentang badai. Tali kemudi berpilit tiga. Pantun tersebut sangat populer di Riau, khususnya masyarakat Melayu. Filosofi dari baitnya mengisahkan bagaimana pemimpin nakhoda mengarungi lautan agar kapal lancang yang digambarkan sebagai pemerintahan tak karam. Menhub Ungkap Perintah Jokowi soal Angkutan Umum di Riau, Apa Itu? Mengenal Sosok Putri Ariani, Penyanyi Tunanetra 17 Tahun Asal Riau yang Hebohkan Dunia dengan Aksinya di America's Got Talent 2023 Kisruh Setoran Rp650 Juta Brimob Polda Riau, Polri Kalau Ada, Berhadapan dengan Hukum Hingga kini tak diketahui pencipta pantun itu. Namun, Lancang Kuning tetap abadi karena disematkan sebagai sebutan untuk Riau. Begitu mendengar kata Lancang Kuning orang tertuju ke daerah yang berada di timur Pulau Sumatra itu. Tak diketahui pasti sejak kapan Riau disebut sebagai negeri atau bumi Lancang Kuning. Tak disebut pula siapa orang pertama yang memberi gelar ke daerah yang dulunya ada kerajaan Melayu penguasa Selat Malaka ini. Mendiang budayawan Riau, Tenas Effendy, dalam sebuah tulisannya berjudul Lancang Kuning pernah menyinggung kenapa Riau diberi gelar dengan sebutan itu. Dia menyebut sebutan ini sebagai tanda kegemilangan Riau sebagai daerah. Menurut Tenas, Lancang berarti kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan. Kapal ini juga tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan laksamana ataupun raja. Sementara Kuning sendiri merupakan warna kebesaran dalam tradisi Melayu. Kuning selalu ditemukan dalam berbagai upacara, pakaian, riasan dan baju kebesaran petinggi adat, meski dipadu dengan warna lain. Lancang atau kapal sangat akrab dengan masyarakat rumpun Melayu. Dengan ragam kerajaannya, misalnya Lingga di Kepulauan Riau atau Siak serta Indragiri di Riau, rumpun Melayu membentang dari laut China hingga Selat Malaka. Lancang ini disebut sebagai pemersatu antar pulau-pulau dalam bentangan rumpun Melayu. Lancang juga mempermudah raja berpindah ke suatu daerah yang menjadi kekuasaannya. Dengan demikian, Lancang Kuning menandakan Riau sebagai kerajaan Melayu sangat mengusai maritim. Di sisi lain, Lancang Kuning juga menggambarkan kejelian pemimpin dalam memerintah daerah. Makanya dalam pantun itu ada kalimat "berlayar malam, kalau nahkoda kuranglah paham, alamat kapal akan tenggelam". Berlayar pada malam hari tentu saja berbeda dengan siang. Nahkoda pada siang hari berpedoman pada matahari sehingga semua orang bisa melakukannya. Berbeda dengan malam karena nakhoda harus paham arah angin dan membaca bintang. Tidak semua orang bisa membaca bintang. Makanya diperlukan nakhoda lihai untuk membawa kapal besar dalam sebuah lautan yang luas atau pemimpin bijaksana menjalankan pemerintah. Dengan demikian, pemimpin yang paham tentang seluk beluk daerah menjadi syarat mutlak bagi Riau. Berikutnya, sebuah kapal dalam berlayar pasti bertemu badai. Makanya ada kalimat "Lancang kuning menentang badai, tali kemudi berpilit tiga". Kalimat tersebut saling berkaitan. Di mana ada masalah, di situ pula ada cara seorang pemimpin menyelesaikan. Apakah dengan sesuka hati atau melibatkan unsur lain berpilit tiga. Dalam berbagai literatur, pilit tiga dalam Melayu terdiri dari tiga unsur, yaitu umara cerdik pandai atau bisa saja perdana menteri, tetua adat dan terakhir ulama atau orang paham agama. Karena Melayu sarat dengan nilai-nilai Islam, posisi ulama menempati posisi paling atas. Ketiga unsur itu menjadi syarat bagi raja dalam mengambil keputusan ketika menghadapi permasalahan. Pertimbangan ketiga unsur ini kemudian menjadi konstitusi. Menjadi aturan bagi raja dalam menjalankan pemerintahan agar tidak melenceng dan berakibat merugikan rakyat. Makanya dalam pantun yang kemudian digubah menjadi lagu itu, ditambahkan bait "selamatlah kapal menuju pantai, pelautlah pulang dengan gembira".

Lihatprofil profesional Manahan Manalu S.E di LinkedIn. LinkedIn adalah jaringan bisnis terbesar di dunia yang membantu para profesional seperti Manahan Manalu S.E menemukan koneksi internal untuk merekomendasikan kandidat karyawan, pakar industri, dan mitra bisnis.

Artikel ini pernah dipublikasikan pada Riaumagazine Versi pada 29 Maret 2012SENDRATASIK LANCANG KUNING - Dari segi definisi budaya cultural definition melayu itu merangkumi seluruh penduduk pribumi nusantara, yaitu penduduk serumpun tidak kira agama bahasa, dan adat istiadat masing-masing yang diikuti oleh masing-masing kelompok serumpun tersebut. Oleh karena berbagai daerah masing-masing kelompok serumpun memiliki atraksi budaya atau seni budaya yang berbeda dan beragam pula yang menggambarkan tingkat peradabannya. Di Propinsi Riau, bahasa yang digunakan oleh orang Melayu Riau sebagai produk peradabannya adalah bahasa Melayu yang juga dijadikan ibu bahasa Indonesia, ini adalah kontribusi terbesar dalam peradaban yang di bangun oleh pribumi di nusantara. Maka banyak sekali karya sastra dan karya seni lainnya yang dimiliki Melayu Riau yang berkembang pesat dan masih asli original, baik yang dikategorikan sebagai seni persembahan maupun sebagai seni LANCANG KUNINGLANCANG KUNING, adalah salah satu dari karya seni persembahan cerita legenda rakyat Melayu Riau yang diangkat dalam sebuah pergelaran kolosal terpadu berupa sendratasik seni drama/teater tari, nyanyi dan musik dibawakan oleh seniman-seniman bintang yang sudah berpengalaman di arahkan oleh sutradara anak jati Melayu Riau alumni IKJ Jakarta. Sendratasik LANCANG KUNING ini telah mendapat pujian dari pengamat seni di Negeri Belanda dan sekaligus mereka meminta untuk menggelar sendratastik LANCANG KUNING ini di lima negara Eropa bulan Mei 2012. Khusus di Negeri Belanda sendratasik LANCANG KUNING akan ditampilkan pada “TONG TONG FAIR 2012” dan FLORIADE 2012 World Horticultural Expo semacam ajang seni dan promosi yang diikuti oleh seluruh negara –negara di Propinsi Riau memiliki visi 2020 yang intinya “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin di Asia Tenggara tahun 2020”, maka kesempatan ini merupakan peluang emas untuk memperkenalkan Propinsi Riau dari segi budaya Melayu dan mempromosikan produk-produk unggulan terutama yang dihasilkan oleh usaha kecil menengah UKM baik berupa kerajinan tangan maupun industri rumah. Ajang ini juga bisa dimanfaatkan sebagai pintu informasi untuk menyampaikan perhelatan Pekan Olahraga Nasional PON ke 18 yang diadakan di Riau pada September budaya dan promosi sendratasik LANCANG KUNING dikelola oleh Lembaga Seni Bina Budaya Melayu Pekanbaru bekerja sama dengan CONBE Event Organizer. Produser sendratasik LANCANG KUNING adalah Sanggar Mahligai Theater Riau, yang berkedudukan di Pekanbaru. Delegasi ini juga didukung oleh beberapa peminat seni di Jakarta yang terkait dengan budaya Tulisan Sinopsis Sendratasik Cerita Rakyat Lancang KuningLembaga Seni Bina Budaya Melayu Pekanbaru

.
  • 4820ymf2ol.pages.dev/739
  • 4820ymf2ol.pages.dev/89
  • 4820ymf2ol.pages.dev/563
  • 4820ymf2ol.pages.dev/493
  • 4820ymf2ol.pages.dev/147
  • 4820ymf2ol.pages.dev/196
  • 4820ymf2ol.pages.dev/929
  • 4820ymf2ol.pages.dev/566
  • 4820ymf2ol.pages.dev/105
  • 4820ymf2ol.pages.dev/339
  • 4820ymf2ol.pages.dev/741
  • 4820ymf2ol.pages.dev/514
  • 4820ymf2ol.pages.dev/384
  • 4820ymf2ol.pages.dev/254
  • 4820ymf2ol.pages.dev/582
  • cerita rakyat riau lancang kuning